Foto: Bupati Mojokerto Gus Barra bersama rombongan saat mengunjungi rumah ketua relawan birunya cinta.(Suaraharianjatim.com/sw)
Mojokerto – suaraharianjatim.com : Bupati Mojokerto Muhammad Al Barra mengunjungi rumah Ketua Relawan Birunya Cinta (RBC), Zaenal Abidin, di Dusun Tlasih, Desa Ngarjo, Kecamatan Mojoanyar, Kabupaten Mojokerto, Ngrame, pada Rabu malam, 21 Mei 2025.
Kedatangan bupati bersama rombongan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Mojokerto itu untuk memberikan apresiasi sekaligus pengarahan atas aksi nekat Zaenal yang viral di media sosial.
Zaenal, yang memiliki nama asli Ahmad Zainuri, menjadi sorotan publik setelah aksinya menyelamatkan mayat tanpa identitas atau mister X yang hanyut di Sungai Brantas pada Selasa, 20 Mei 2025.
Ia melompat dari atas Jembatan Ngrame dengan mengenakan sepatu, helm, dan jaket pelampung, saat relawan lain dan petugas BPBD tengah bersiap melakukan evakuasi menggunakan perahu karet.
Peristiwa tersebut menimbulkan pro dan kontra. Sebagian warganet menyebut aksi Zaenal heroik, namun tidak sedikit pula yang menilai tindakannya membahayakan diri sendiri dan tidak sesuai prosedur keselamatan.
Bupati yang akrab disapa Gus Barra itu menyampaikan apresiasinya langsung di hadapan Zaenal.
“Alhamdulillah, kita sudah berkunjung ke rumah Pak Zaenal dan memberikan apresiasi atas tindakannya yang menginspirasi. Tapi kami juga memberi nasihat agar para relawan tetap memperhatikan keselamatan. Jangan sampai niat menolong justru membahayakan diri,” kata Gus Barra.
Ia menegaskan, relawan memiliki peran penting di Kabupaten Mojokerto yang rawan bencana alam seperti banjir dan tanah longsor.
“Maka para relawan harus tetap kompak, berkhidmat, dan bergerak dalam koordinasi BPBD,” ujarnya.
Kepala BPBD Kabupaten Mojokerto, Yo’ie Afrida Soesetyo Djati, memberikan tanggapan lebih teknis. Menurutnya, tindakan Zaenal memang berani, tetapi tidak sesuai dengan prosedur evakuasi standar.
“Semangat Pak Zaenal luar biasa. Tapi evakuasi itu ada SOP-nya, ada komando yang jelas, dan koordinasi dengan Basarnas. Tidak bisa hanya karena semangat lalu bertindak sendiri. Itu namanya konyol,” kata Yo’ie.
Yo’ie menuturkan, aksi Zaenal tanpa koordinasi menyebabkan fokus tim evakuasi terpecah.
“Harusnya kami mengevakuasi jenazah mister X. Tapi akhirnya berubah jadi upaya penyelamatan relawan,” ujarnya.
Menurut Yo’ie, RBC bukan bagian dari Forum Pengurangan Risiko Bencana (FPRB), sehingga sering kali tidak mendapat pelatihan maupun informasi terbaru terkait prosedur penyelamatan.
“Ke depan, kami akan mengajak RBC bergabung dan memberikan pelatihan dasar, seperti Water Rescue, Vertical Rescue, dan penanganan gempa. Agar mereka paham dan terkoordinasi,” kata dia.
RBC didirikan pada 2019 dan kini beranggotakan 26 orang, tiga di antaranya masih pelajar. Zaenal mengatakan nama “Birunya Cinta” mengandung arti “relawan bersih dan mencintai.”
Meski aksi heroiknya menuai apresiasi, pihak pemerintah daerah berharap insiden serupa tidak terulang. Keselamatan relawan, kata Yo’ie, sama pentingnya dengan keselamatan korban.(Sw)
